JAKARTA – Pengamat pendidikan asal Surabaya, Moch Isa Anshori turut menanggapi hebohnya kekerasan verbal saat ospek mahasiswa baru di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) secara online.
Isa menilai, kejadian kekerasan verbal itu jauh dari roh pendidikan seperti yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara.
“Dalam pendidikan itu yang dibutuhkan kebersamaan, saling memahami, saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain.”
“Dalam pendidikan tidak ada yang disebut senioritas atau superior di antara satu sama lain,” tutur Isa kepada Tribunnews, Rabu (16/9/2020).
Menurutnya, yang ada dalam pendidikan ialah orang yang memiliki ilmu lebih tinggi harus dihormati dan menghargai dibawahnya.
Mantan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya ini menyadari tujuan baik dari para senior yang ingin membangun mentalitas mahasiswa baru.
Namun, tujuan yang baik itu harus pula dilakukan dengan cara yang baik.
“Model senior boleh sewenang-wenang kepada junior itu hanya terjadi pada masa kolonial atau penjajahan,” ungkap Isa yang juga menjabat anggota Dewan Pendidikan di Jawa Timur ini.
Oleh sebab itu, Isa menilai kejadian ‘perpeloncoan’ online yang terungkap ke publik ini seperti peninggalan kolonial.
“Sehingga menurut saya, apa yang dilakukan mereka yang merasa superior itu jauh dari roh pendidikan.”